Masih kecilnya pangsa pasar perbankan syariah tidak sesuai dengan potensi pasar yang tersedia. Sebagai contoh, mayoritas penduduk di negeri ini adalah muslim dan menurut logika, mereka tentu memilih syariah.
"Itu merupakan pasar yang besar dan potensial," tutur Deputy Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, pada Seminar Islamic Finance & Investmen di Grand Royal Panghegar, Jalan Merdeka Bandung, Rabu (30/5).
Namun kenyataannya, market share perbankan syariah masih kecil, yaitu sekitar empat persen. Halim berpendapat, terdapat sejumlah faktor yang menjadi kendala lambatnya pertumbuhan perbankan syariah.
Di antaranya, jelas dia, berkaitan dengan peraturan pelaksanaan produk syariah. Idealnya, kata Halim, peraturan pelaksanaan produk syariah menerapkan sistem perpajakan yang meringankan.
Melihat kondisi itu maka tidak ada salahnya, apabila perbankan syariah di Tanah Air memperoleh insentif pajak. Itu supaya mempercepat akselerasi pertumbuhan perbankan syariah.
"Perbankan syariah nasional kalah oleh Malaysia, yang pangsa pasarnya mencapai 20 persen total perbankan negara tersebut," ucapnya.
Halim berpandangan, sebaiknya, pemerintah menjabarkan insentif pajak tersebut. Pasalnya permasalahan perpajakan termasuk netralitasnya bagi perbankan syariah, tercantum dalam undang undang.
"Sayang sampai saat ini pengaplikasian dan realisasinya belum optimal. Terbukti, sampai kini, masih terdapat produk perbankan syariah yang terkena pajak dua kali. Jadi kami harap pemerintah dapat menyikapi sekaligus menyelesaikan hal tersebut," kata Halim.
Selain insentif pajak, tambahnya, perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur. Misalnya, dalam hal peraturan dan perundang-undangan perbankan syariah.
Sumber: Tribun Jabar.co.id (http://jabar.tribunnews.com/2012/05/30/market-share-syariah-tak-sesuai-potensi-pasar)
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com